Senin, 10 Oktober 2011

MENYUSUI SAAT SEDANG HAMIL dan TANDEM NURSING


MENYUSUI SAAT SEDANG HAMIL

Menyusui merupakan saat yang sangat penting dan berguna bagi bayi, karena hanya ASI satu-satunya makanan terbaik bagi bayi, terutama untuk 6 bulan pertama (ASI Ekslusif).

Faktanya, tetap menyusui lebih mudah dilakukan dibanding menyapih. Tetap menyusui membiasakan kakak menyesuaikan diri atau berbagi dengan adik. Peluang terwujud lebih besar jika Anda terus menyusui sampai bayi lahir, kemudian menyusui bayi dan kakak bersamaan (tandem nursing).

Saat menyusui tubuh ibu menghasilkan hormon oksitosin yang dapat merangsang kontraksi rahim. Tetapi para ahli mengatakan bahwa kandungan (rahim) tidak responsif terhadap hormon ini sampai kehamilan 24 minggu. Dengan rahim yang sehat, maka oksitosin tidak cukup berfungsi menyebabkan kontraksi, kecuali kehamilan sudah usia maksimal dan leher rahim ada gangguan. Beberapa sumber bilang kalau menyusui saat hamil sebaiknya tidak dilanjutkan, tapi ada juga beberapa yang bilang tidak masalah dilanjutkan dengan alasan dan faktanya dengan beberapa catatan yang harus diperhatikan:

  • Menurut Pakar ASI dr. Eveline PN, SpA dari RS St. Carolus Jakarta, jika kehamilan ibu dinyatakan sehat oleh dokter, go ahead, teruskan menyusui. “Secara alami, tubuh akan memrioritaskan pemberian zat gizi kepada janin yang sedang tumbuh, tanpa mengurangi porsi yang dibutuhkan untuk membentuk ASI,” yakin sang dokter.
  • Beberapa penelitian menyimpulkan, sepanjang ibu sehat, tidak ada teori yang “memvonis” menyusui dapat memicu keguguran atau persalinan prematur. “Ada ibu yang takut menyusui saat hamil karena adanya hormon oksitosin yang dilepas tubuh karena hormon ini merangsang kontraksi rahim. Padahal, rahim memiliki daya tahan cukup kuat untuk mencegah efek hormon oksitosin,” tutur Eveline.
  • Secara umum ibu yang menyusui saat hamil tidak menghadapi permasalahan serius, jika memang kondisi badan dan kehamilannya sehat (tidak ada riwayat prematur, perdarahan dll). Tapi jika kemudian terjadi kontraksi yang cukup kuat, atau ada perdarahan, maka sebaiknya menyusui segera dihentikan.
  • Dengan rahim yang sehat, maka oksitosin tidak cukup berfungsi menyebabkan kontraksi, kecuali kehamilan sudah usia maksimal dan leher rahim ada gangguan.

“Ada juga ibu yang takut menyusui saat hamil karena adanya hormon oksitosin yang dilepas tubuh. Pasalnya, hormon ini merangsang kontraksi rahim. Padahal, rahim memiliki daya tahan cukup kuat untuk mencegah efek hormon oksitosin,” tutur Eveline.

Jika masih sulit mengambil keputusan, dia menyarankan ibu berkonsultasi dengan dokter, karena setiap kehamilan memang berbeda kondisinya. Yang penting, solusinya harus bijaksana; tidak mengganggu kehamilan dan tidak menghambat tumbuh kembang janin, sekaligus juga tepat bagi kesejahteraan bayi.

TERUSKAN MENYUSUI SI KAKAK Anda masih bisa terus menyusui si kakak jika:

  • Kehamilan dinyatakan sehat dan normal oleh dokter.
  • Usia bayi di bawah 6 bulan. Rekomendasi American Academy of Pediatrics adalah, susui anak setidaknya satu tahun, sedangkan rekomendasi WHO, 2 tahun atau lebih.

WASPADA!! Jika Anda memutuskan untuk tetap meneruskan menyusui saat hamil Anda, perhatikan hal-hal berikut:

  • Selalu menjaga kondisi dan kesehatan tubuh selama hamil. Beri perhatian khusus pada pola makan, baik kualitas maupun kuantitasnya, dan penuhi kebutuhan cairan tubuh.
  • Jangan terlalu lelah karena dapat mengganggu kesehatan. Menyusui sambil berbaring dan tambah porsi jam tidur.
  • Posisi yang benar saat menyusui. Berdasarkan penelitian, 74% ibu hamil mengalami perubahan puting, yaitu lebih peka dan lunak, hingga mudah lecet jika tetap menyusui. Jika puting nyeri, atasi dengan teknik olah napas. Jika bayi sudah bisa diajak “berkomunikasi”, mintalah ia menyusu lebih lembut dan dalam waktu lebih singkat.
  • Jika Anda merasa produksi ASI berkurang sedangkan usia bayi masih di bawah 1 tahun, pantau pertambahan berat badannya untuk memastikan ia mendapat cukup asupan gizi.
  • Saat bayi lahir, komposisi ASI akan menyesuaikan diri dengan kebutuhan bayi. Itu sebabnya dua dari tiga kakak akan berhenti menyusu dengan sendirinya karena volume ASI berkurang atau karena rasanya berubah.

HENTIKAN MENYUSUI. Ini memang keputusan yang sulit. Tapi untuk kebaikan Anda dan janin, mungkin lebih baik jika Anda mengikuti saran dokter untuk menghentikan menyusui si kakak bila:

  • Kehamilan dinyatakan berisiko tinggi oleh dokter, misalnya memiliki riwayat keguguran.
  • Ada kontraksi atau tanda-tanda persalinan dini seperti nyeri pinggang bagian bawah, tekanan di dasar panggul, kram, keluar lendir, darah atau air ketuban. Jika terjadi, segera berbaring, hubungi dokter untuk mendapat jalan keluar terbaik.

PERHATIKAN!! Lalu apa yang harus Anda lakukan terhadap si kakak yang juga masih bayi dan harus menghentikan menyusui?

  • Lakukan penyapihan secara bertahap. Selain untuk mengantisipasi kerewelan dan kegelisahan bayi, juga mencegah terganggunya sistem produksi ASI yang sudah terbentuk di payudara.
  • Langkah awal penyapihan, kurangi frekuensi menyusui di siang hari. Alasannya, kebanyakan bayi masih membutuhkan ASI di malam hari. Semakin bertambah usia bayi, semakin jarang ia terbangun di malam hari sehingga lambat laun berhenti menyusu dengan sendirinya.
  • Jangan tawarkan ASI, namun jangan menolak jika bayi ingin menyusu.
  • Bagi bayi di atas usia 6 bulan, tambah frekuensi pemberian makanan pendamping ASI menjadi 3-4 kali sehari.
  • Hindari duduk atau berada di tempat yang biasa digunakan untuk menyusui. Ini untuk menghindari kesan Anda siap menyusui. Jika bayi tampak ingin disusui, alihkan perhatiannya, misal tawari dia makan.
  • Tetap berikan perhatian dan kasih sayang dengan cara lain, misal lewat dekapan, usapan atau ciuman lembut saat memberi bayi susu atau makanan.

Pengalaman Menyusui Saat Hamil

Ketika saya hamil anak kedua, si kakak belum genap 20 bulan. Karena saya bertekad untuk menyusui setidaknya 2 tahun, dan sampai si kakak ingin berhenti sendiri, saya memutuskan untuk tidak berhenti menyusui. Tetapi karena banyak simpang siur informasi mengenai tandem nursing, saya merasa agak gamang. Akhirnya, saya berkonsultasi dengan seorang IBCLC. Dokter kandungan saya juga, kebetulan mengetahui banyak mengenai ilmu menyusui, dan beliau mendukung keputusan untuk tandem

nursing. Saya pun meminjam buku mengenai tandem nursing di perpustakaan.

Tetapi ternyata menyusui sambil hamil tidak mudah. Sejak hamil, hormon mengubah puting menjadi lebih sensitif sehingga saat si kakak menyusui lumayan menyakitkan. Yang bisa saya lakukan hanya menahan sakit dan meminta kakak untuk lebih pelan-pelan dalam menyusui. Kemudian, perlahan-lahan produksi ASI mengalami penurunan, meski tidak habis sama sekali. Memang pada sebagian orang produksi ASI saat hamil dapat berkurang, tetapi ada juga orang yang produksi ASInya tetap lancar

seperti sebelumnya. Sepertinya kecenderungan tiap orang berbeda-beda. Untungnya si kakak mau meminum susu UHT untuk melengkapi kebutuhannya saat ASI berkurang.

Pada trimester terakhir, ASI saya tidak berbentuk seperti biasa, melainkan kental bening kekuningan, yaitu menjadi kolostrum. Seperti yang kita tahu, kolostrum terkenal dengan jumlahnya yang sedikit

tetapi manfaat dan khasiatnya sangat tinggi. Dan ternyata memang benar, di bulan-bulan terakhir kehamilan itu si kakak menjadi tidak pernah sakit sama sekali, meski ia baru mulai masuk playgroup setiap hari.

TANDEM NURSING

Tandem nursing merupakan keadaan dimana seorang ibu menyusui 2 anak sekaligus (bayi yang baru lahir dan si kakak lebih tua yang masih menyusui) dengan cara menduhulukan pemberian asi kepada si bayi baru kepada si kakak. Keputusan untuk melakukan tandem nursing adalah keputusan pribadi ibu. Dalam banyak kasus, ibu melakukan tandem nursing karena si kakak masih belum genap menyusui dua tahun, atau si kakak tidak siap untuk disapih. Biasanya keputusan tandem nursing diambil ketika ibu mulai hamil dengan adik. Artinya, selama hamil ibu akan terus menyusui si kakak. Secara medis, menyusui selama hamil bisa dilakukan, tetapi ibu harus lebih waspada dengan reaksi tubuhnya.

Jika memutuskan untuk tandem nursing, sebaiknya ibu berkonsultasi dengan ahli kandungan yang mengerti seluk beluk menyusui sehingga ia dapat memberikan rekomendasi secara objektif dari segi medis, tidak hanya sekedar melarang tandem nursing tanpa dasar medis. Selain itu, berkonsultasilah juga dengan seorang Lactation Consultant (IBCLC).

Apabila kehamilan si ibu beresiko tinggi dan berkomplikasi, atau apabila ibu memiliki riwayat perdarahan dan keguguran, tandem nursing tidak dianjurkan. Tetapi apabila ibu tidak mengalami reaksi negatif, maka tandem nursing dapat dilanjutkan.

Selain dari masalah menyusui saat hamil, banyak orang pun ragu dengan menyusui lebih dari satu bayi. Apa bisa seorang ibu menghasilkan susu yang cukup? Untuk hal ini tidak perlu khawatir, karena ASI tercipta sesuai dengan prinsip supply and demand. ASI akan tercipta sesuai dengan kebutuhan, yang dibangkitkan dengan stimulasi mulut bayi terhadap puting susu. Semakin banyak payudara terstimulasi oleh mulut bayi atau oleh pompa, semakin banyak ASI tercipta.

Apakah keuntungan dan kekurangan dari tandem nursing?

Keuntungannya, si kakak dapat menerima asupan ASI hingga genap dua tahun atau lebih, dan si kakak turut mendapatkan manfaat ASI. Tandem nursing turut membantu mengurangi rasa iri kakak terhadap adiknya. Selain itu, si kakak dapat membantu memecahkan masalah menyusui seperti engorgement (payudara penuh) yang terjadi di hari2 awal menyusui, atau penyumbatan saluran ASI. Dan juga kedekatan batiniah yang timbul dari pemberian ASI.

Tetapi tandem nursing juga memiliki tantangannya tersendiri. Karena menyusui lebih dari satu bayi, ibu akan merasa lebih cepat haus dan lapar. Dan menyusui lebih dari satu bayi juga cukup melelahkan: dengan posisi duduk harus menyangga dua bayi, dengan posisi tidur si ibu terbebani oleh si kakak yang bergelantungan di badan ibu.

Para ibu yang memilih untuk tandem nursing sepakat bahwa keuntungannya seringkali lebih besar daripada kerugiannya. Bagi saya, tandem nursing ada pro kontranya sendiri, tidak semata-mata penuh kemudahan. Tetapi saya setuju bahwa tandem nursing adalah pengalaman yang unik dan tidak

terlupakan. Bernostalgia sekarang, saya tidak menyesal sudah memilih untuk tandem nursing.

Pengalaman Tandem Nursing Kakak Beradik

Si kakak “cuti” menyusui hanya sehari, yaitu saat saya melahirkan di rumah sakit. Di hari berikutnya, saya persilakan si kakak untuk menyusui bersama-sama si adik dengan bersamaan. Awalnya si kakak agak kikuk, tetapi ia menerima tawaran tersebut dengan senang hati. Saya membiasakan si kakak untuk menyusui setelah si adik, atau bersama2, agar si adik mendapatkan cukup kolostrum dan ASI sebelum tiba giliran si kakak. Beberapa hari kemudian, kolostrum berubah menjadi ASI, dan

si kakak seperti menemukan kembali kenikmatan menyusui ASI, setelah berbulan2 “cuma” minum kolostrum sedikit-sedikit. Hal ini terlihat dari mulai berkurangnya porsi susu UHT si kakak.

Bagi saya pribadi, setelah ada 2 anak menyusui jadi cukup menantang dan melelahkan. Karena si kakak sudah kadung dibolehkan menyusu bareng si adik, hasilnya setiap kali si adik minta ASI, si kakak pun meminta. Seperti yang sudah saya sebut di atas, lebih capek dari menyusui satu anak saja. Selain itu rasanya lebih haus, dan lebih lapar. Dengan permintaan ASI ganda, rasanya hidup saya habis untuk menyusui, menyusui, dan menyusui. Tetapi, meski demikian, ASI nampaknya tak pernah kurang. Si adik terlihat menggemuk, bahkan lebih pesat daripada waktu si kakak berumur sama. Wajarlah, karena produksi ASI tersedia siap untuk dua mulut.

Menurut literatur mengenai tandem nursing, persaingan kakak beradik dapat ikut teredam. Bagi saya hal itu cukup terbukti. Si kakak tidak bertindak negatif terhadap si adik, malah ia sangat ingin turut

merawat si adik. Namun demikian saya menerapkan batasan-batasan, misalnya, si kakak hanya boleh menyusui di kamar tidur, dan tidak boleh minta ASI di luar rumah, dan kami jelaskan ini adalah karena si kakak jauh lebih besar daripada adik bayi. Syukurlah si kakak mudah mengerti dan menerima penjelasan kami tersebut.

Di usia 3.5 tahun, si kakak akhirnya kami sapih. Sebenarnya saya ingin menyusui selama si kakak mau, tetapi karena faktor kepraktisan dan tekanan masyarakat akhirnya kami putuskan untuk menyapih dengan se-gentle mungkin. Untungnya di usia tersebut si kakak sudah bisa diajak berunding dengan lebih dewasa. Yang kami lakukan hanya menekankan bahwa si kakak adalah anak besar dengan kebutuhan dan kesenangan yang berbeda dengan adik bayi, dan kami menegaskan bahwa ASI jatuh di dalam domain seorang bayi.

Untunglah dapat menerima penjelasan tersebut, dan akhirnya si kakak memutuskan sendiri untuk berhenti menyusui dengan alasan bahwa dirinya adalah anak besar. Kami tidak perlu “berbohong” dengan mengolesi puting dengan jamu, atau menempelkan plester di puting. Saat si kakak memutuskan untuk menolak ASI, kami sadar bahwa si kakak sudah siap untuk berhenti menyusui dan dia sudah mengambil keputusannya sendiri (dengan dorongan dan penjelasan dari kami, tentunya).

SUMBER :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar